dhammapada

BAB V - BALA VAGGA
(ORANG BODOH)

Dīghā jāgarato ratti
Dīghaṃ santassa yojanaṃ
Dīgho bālānaṃ saṃsāro
Saddhammaṃ avijānataṃ

Malam terasa panjang bagi orang yang berjaga,
Satu yojana terasa jauh bagi orang yang lelah,
Sungguh panjang siklus kehidupan bagi orang bodoh
Yang tidak mengenal Ajaran Benar.

Caraṃ ce nādhigaccheyya
Seyyaṃ sadisam attano
Ekacariyaṃ daḷhaṃ kayirā
Natthi bāle sahāyatā

Apabila dalam pengembaraan seseorang
Tidak menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya,
Maka hendaklah ia tetap melanjutkan pengembaraannya seorang diri
Janganlah bergaul dengan orang bodoh.

Puttā matthi dhanaṃ matthi
Iti bālo vihaññati
Attā hi attano natthi
Kuto puttā kuto dhanaṃ

“Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milikku,”
Demikianlah pikiran orang bodoh
Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan merupakan miliknya,
Bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya?

Yo bālo maññati bālyaṃ
Paṇḍito vāpi tena so
Bālo ca paṇḍitamānī
Sa ve bālo ti vuccati

Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya,
Maka ia dapat dikatakan bijaksana,
Tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana,
Sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.

Yāvajīvam pi ce bālo
Paṇḍitaṃ payirupāsati
Na so dhammaṃ vijānāti
Dabbī sūparasaṃ yathā

Orang bodoh,
Walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana,
Tetap tidak akan mengerti Dhamma,
Bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Muhuttam api ce viññū
Paṇḍitaṃ payirupāsati
Khippaṃ dhammaṃ vijānāti
Jivhā sūparasaṃ yathā

Walaupun hanya sesaat saja orang pandai bergaul dengan orang bijaksana,
Namun dengan segera ia akan dapat mengerti Dhamma,
Bagaikan lidah yang dapat merasakan rasa sayur.

Caranti bālā dummedhā
Amitteneva attanā
Karontā pāpakaṃ kammaṃ
Yaṃ hoti kaṭukapphalaṃ

Orang bodoh yang dangkal pengetahuannya,
Memperlakukan diri sendiri seperti musuh,
Ia melakukan perbuatan jahat yang akan
Menghasikan buah yang pahit.

Na taṃ kammaṃ kataṃ sādhu
Yaṃ katvā anutappati
Yassa assumukho rodaṃ
Vipākaṃ paṭisevati

Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal,
Maka perbuatan itu tidak baik
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya
Dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.

Taṃ ca kammaṃ kataṃ sādhu
Yaṃ katvā nānutappati
Yassa patīto sumano
Vipākaṃ paṭisevati

Bila suatu perbuatan setelah dilakukan tidak membuat seseorang menyesal,
Maka perbuatan itu adalah baik
Orang itu akan menerima buah perbuatannya
Dengan hati gembira dan puas.

Madhuṃ va maññati bālo
Yāva pāpaṃ na paccati
Yadā ca paccati pāpaṃ
Atha dukkhaṃ nigacchati

Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak,
Maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu,
Tetapi apabila buah perbuatannya itu telah masak,
Maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

Māse māse kusaggena
Bālo bhuñjeyya bhojanaṃ
Na so saṅkhātadhammānaṃ
Kalaṃ agghati soḷasiṃ

Biarpun bulan demi bulan orang bodoh
Memakan makanannya dengan ujung rumput kusa,
Namun demikian ia tidak berharga seperenambelas bagian
Dari mereka yang telah mengerti Dhamma dengan baik.

Na hi pāpaṃ kataṃ kammaṃ
Sajju khīraṃ va muccati
Dahaṃ taṃ bālam anveti
Bhasmacchanno va pāvako

Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan,
Tidak segera menghasilkan buah,
Seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih,
Demikianlah perbuatan jahat itu membara mengikuti orang bodoh,
Seperti api yang ditutupi abu.

Yāva deva anatthāya
ñattaṃ bālassa jāyati
Hanti bālassa sukkaṃsaṃ
Muddham assa vipātayaṃ

Orang bodoh mendapat pengetahuan
Dan kemashuran yang menuju kepada kehancuran,
Pengetahuan dan kemashurannya itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya,
Dan akan membelah kepalanya sendiri.

Asantaṃ bhāvanaṃ iccheyya
Purekkhāraṃ ca bhikkhusu
Āvāsesu ca issariyaṃ
pūjā parakulesu ca

Seorang bhikkhu yang bodoh,
Menginginkan ketenangan yang keliru,
Ingin menonjol di antara para bhikkhu,
Ingin berkuasa dalam vihara-vihara,
dan ingin dihormati oleh semua keluarga.

Mameva kataṃ maññantu
Gihī pabbajitā ubho
Mamevātivasā assu
Kiccākiccesu kismici
Iti bālassa saṅkappo
Icchā māno ca vaḍḍhati

Biarlah umat awam dan para bhikkhu berpikir bahwa hal ini hanya dilakukan olehku,
Dalam semua pekerjaan besar atau kecil mereka menunjuk diriku,
Demikianlah ambisi bhikkhu yang bodoh itu,
Dan keinginan serta kesombongannya pun terus bertambah.

Aññā hi lābhūpanisā
Aññā nibbānagāminī
Evam etaṃ abhiññāya
Bhikkhu buddhassa sāvako
Sakkāraṃ nābhinandeyya
Vivekam anubrūhaye

Ada jalan lain menuju pada keuntungan duniawi,
Dan ada jalan lain yang menuju ke Nibbana
Setelah menyadari hal ini dengan jelas,
Hendaklah seseorang bhikkhu siswa Sang Buddha
Tidak bergembira dalam hal-hal duniawi,
Tetapi mengembangkan pembebasan diri.